Friday, October 11, 2013

Dijamin Anda Bebas Serangan Jantung Koroner

HANYA dengan mengubah kebiasaan buruk selama ini Anda bisa terbebas dari risiko penyakit jantung. Mau bukti?

Menurut dr. Dasaad Mulijono MBBS (Hons), FIHA, FRACGP, FRACP, Ph.D, Director of Cardiology Bethsaida Hospital, kebiasaan buruk seperti merokok, kurang berolahraga
hingga menyebabkan obesitas dan stres bisa menyebabkan serangan jantung. Sementara bagi seseorang yang memiliki penyakit kolesterol, mereka harus bisa menekan kadar kolesterolnya di bawah 60 miligram/dl.

"Kalau bisa, jangan cek kadar total kolesterol yang di 'cetek' di ujung jari. Pasalnya, cara itu kurang akurat. Karenanya, pilih cek yang diambil sampel darah untuk mendapat hasil yang lebih akurat. Terpenting, jangan pernah takut melakukan hal ini. Banyak orang di luar sana takut mengecek kadar kolesterol mereka dan akhirnya kena stroke, baru mereka menyesal," tutur dr. Dasaad Mulijono di Bethsaida Hospital, Gading Serpong, Tangerang, Senin (23/9/2013)

Selain itu, kata dia, bagi yang mengalami obesitas disarankan mulai menurunkan berat badan. Hal itu karena efek buruk obesitas bisa merebet kemana-mana, seperti darah manis yang mengarah diabetes, sleep apnea yang meningkatkan risiko serangan jantung, dan meningkatkan tekanan darah tinggi yang berujung gagal jantung. Menurut dr. Dasaad, kondisi itu bila dibiarkan sangat membahayakan dirinya.

Sementara itu, dr. Dasaad juga menganjurkan untuk selaku melakukan medical check up bagi para pemilik risiko penyakit jantung koroner ataupun pasiennya.

"Kapan waktu terbaik seseorang menjalani cek kesehatan agar terhindar penyakit jantung, jawabnya, tergantung. Kita harus mengetahui dulu faktor risiko yang kita miliki, apakah lebih dari satu atau tidak, kemudian memiliki riwayat keluarga yang mengalami penyakit jantung? Bila seseorang punya kedua risiko itu, ya disarankan secepatnya datang ke dokter, sebelum nantinya terlambat," terang dr. Dasaad.

Sumber: okezone.com

Yang Berisiko Alami Penyakit Jantung Koroner



TERHINDAR dari penyakit jantung koroner, Anda tidak perlu bingung. Anda bisa melakukan disiplin minum obat penurun kolesterol, medical check up, dan jalani gaya hidup lebih sehat untuk menghindari risiko penyakit tersebut.

Hal itu seperti diungkap dr. Dasaad Mulijono MBBS (Hons), FIHA, FRACGP, FRACP, Ph.D, Director of Cardiology Bethsaida Hospital. Dia menjelaskan ada lima faktor risiko yang bisa diperhatikan seseorang penderita, yaitu memiliki riwayat penyakit jantung koroner pada ibu dan bapaknya, umur yang sudah tua, saudara terdekat yang memiliki riwayat penyakit jantung, laki-laki, dan kesukuan.

"Bila memiliki riwayat penyakit jantung koroner dari keluarga, Anda harus berhati-hati. Sebab, peluang Anda mengalami penyakit jantung koroner lebih besar dibanding mereka yang tak memiliki riwayat penyakit jantung. Kemudian juga faktor umur. Semakin kita tua, sejatinya bisa meningkatkan risiko mengalami stroke dan penyakit jantung. Apalagi bila Anda ada dalam kedua risiko itu, disarankan untuk menjalani gaya hidup lebih sehat dan teratur memeriksa kadar kolesterol total," katanya dalam acara bertema “Tak Perlu Berobat Keluar Negeri! Solusi: Bethsaida Hospital Cardiac Center” di Bethsaida Hospital, Gading Serpong, Tanggerang, Senin (23/9/2013)

Dia menambahkan, bagi kaum pria bila memiliki kedua hal itu harus segera mengambil langkah preventif. Nyatanya dalam kasus penyakit jantung koroner, mereka banyak mengalami serangan jantung ketimbang wanita. Kondisi itu bisa terjadi karena hormon estrogen wanita melindungi mereka sebelum monopouse.

Namun demikian, Anda tak perlu khawatir. Bila Anda disiplin meminum obat penurun kolesterol, olahraga secara teratur, dan rajin cek kesehatan, risiko penyakit jantung bisa dihindari.


Sumber: okezone.com

Thursday, October 10, 2013

Oase di Padang Gersang Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Muda, intelektual, cakap dan terampil itulah kesan sosok Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Jantung dengan Sub-Spesialis Jantung Intervensi, dr. Dasaad Mulijono, MBBS (Hons), FIHA, FRACGP, FRACP, PhD.

Dokter Dasaad merupakan aset bangsa Indonesia, lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1987. Kemudian melanjutkan Pendidikan Spesialis Penyakit Dalam di Australia (Melbourne) tahun 1988-1995, Pendidikan Spesialis Jantung di Australia (Sydney) tahun 1996-1998, Pendidikan PhD (Universitas New England, Sydney) tahun 1997-2001, Pendidikan Biomolekular/Vaskuler Biologi (Baker Medical Research Institute/Universitas Monash, Melbourne) tahun 1998-2000, dan Pendidikan Sub-Spesialis Jantung Intervensi (Melbourne) tahun 1998-2001.

Masyarakat belum banyak yang mengetahui ada putra Indonesia pertama  sebagai dokter berkualifikasi FRACGP (Fellow Royal Australasian College of General Practitioners) dan dokter spesialis penyakit dalam/penyakit jantung berkualifikasi FRACP (Fellow Royal Australasian College of Physicians) dari Australia. Kedua gelar tersebut menjadi lisensi baginya untuk bisa berpraktek di negara-negara Commonwealth (Persemakmuran Negara ex-Jajahan Inggris) termasuk berpraktek di negeri Ratu Elizabeth, Amerika Serikat dan Kanada.

Di era globalisasi ini kita kebanjiran iklan dan promosi rumah sakit mancanegara dengan dokter bereputasi dunia. Iklan dan promosinya begitu menarik, terbukti dari banyaknya orang-orang dari kalangan atas dari Indonesia yang pergi berobat ke luar negeri. Trend berobat ke luar negeri sangat menguras biaya - negara pun kehilangan devisa dan pendapatan dari sektor pajak yang seharusnya dapat dipungut dari biaya berobat dan rumah sakit.

Belum lagi persoalan evakuasi pasien ke luar negeri yang tentunya membutuhkan biaya yang lebih besar lagi. Sehingga bisnis jasa evakuasi orang sakit sangat merebak saat ini. Pandangan masyarakat yang semakin kurang percaya akan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia akan membuat bisnis berobat ke luar negeri akan semakin sukses. Belum lagi biaya untuk transportasi dan akomodasi keluarga pasien akan memberikan devisa tambahan buat negara lain yang memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat kita. Fenomena ini terbentuk karena rasa percaya yang berlebihan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di luar negeri, disamping itu ada juga unsur prestige-nya.

Kenapa Serangan Jantung Sering Datang Dini Hari?

PERNAHKAH Anda mendengar seorang bapak meninggal saat tidur malam atau dini hari karena serangan jantung? Pasti relatif sering. Tapi, tahukah Anda bahwa ternyata kondisi itu ada pemicunya?
 
Ya, hal itu seperti diungkap dr. Dasaad Mulijono MBBS ( Hons), FIHA, FRACGP, FRACP, Ph.D, Director of Cardiology Bethsaida Hospital. Dia menjelaskan bahwa seorang pasien penyakit jantung koroner yang meninggal hal itu disebabkan produksi hormon dalam tubuhnya. Sehingga memicu munculnya plak yang membuat serangan jantung tiba-tiba datang.
 
"Penyebab banyak pasien jantung meninggal pada subuh hari, hal itu karena faktor hormonal di mana saat itu pria memproduksi hormon-hormon, salah satunya melanin. Sehingga membuat terjadinya sumbatan plak yang pada akhirnya memberhentikan laju jantung. Berbeda pada wanita, mereka dilindungi oleh hormon estrogen selama sebelum mengalami monopouse," katanya di Bethsaida Hospital, Gading Serpong, Tanggerang, Senin (23/9/2013)
 
Kondisi itu pun bisa dipicu berbagai hal, antara lain stres, makanan berminyak, dan aneka makanan junk food yang membuat banyak orang mengalami obesitas.
 
"Saya melihat banyak sekali anak muda sekarang mengalami obesitas, berbeda seperti anak muda tahun-tahun dulu. Saya kira junk food yang sedang marak sekarang membawa efek negatif tersendiri bagi anak muda Indonesia. Padahal, obesitas bukan sekadar masalah penampilan, tapi merupakan penyakit dan gerbang penyakit datang. Di mana akhirnya serangan jantung juga dialami anak muda," terangnya.
(tty)
 
Sumber: okezone.com

Faktor Risiko Penyakit Jantung



Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian nomor satu di dunia. Penyakit ini terkait dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah dan dapat diubah. Untuk menghindari penyakit mematikan ini, kita perlu melakukan modifikasi pola hidup, seperti diungkapkan dr. Dassad Mulijono, FIHA, FIMSANZ, FRACGP, FRACP, Ph.D, Director of Cardiac Center Bethsaida Hospital, Gading Serpong, Tangerang.  

Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah
* Ada riwayat penyakit jantung koroner dalam keluarga
* Umur
* Jenis kelamin

Faktor Risiko yang Dapat Diubah
* Kolesterol tinggi
* Merokok
* Tekanan darah tinggi
* Intoleransi gula dan diabetes
* Obesitas
* Kurang olah raga
* Kelainan pembuluh darah (fibrinogen, agregasi trombosit)
* Kelainan faktor-faktor tertentu dalam darah
* Stres, kepribadian negatif, takut, cemas


Sumber: sehatnews.com

Agar Penyakit Tak Telat Ditangani, Jangan Takut Medical Check Up

Jakarta, Masih banyak orang di Indonesia yang enggan melakukan medical check up secara menyeluruh. Alasannya banyak, selain mahal juga karena takut. Padahal dengan medical check up bisa diketahui ada penyakit sejak dini sehingga penanganan tidak terlambat dilakukan.

dr Dasaad Mulijono, FIHA, FRACGP, FRACP. PhD, dalam seminar tentang jantung di ruang Auditorium lt 9 Bethsaida Hospital, District Tivolli No 1 Paramount Serpong, Jl Boulevard Gading, Serpong, Tangerang, menyatakan keprihatinannya atas ketidakpedulian masyarakat terhadap pemicu timbulnya sakit jantung.

Faktor-faktor pemicu tersebut antara lain pembiaran terhadap tekanan darah yang tinggi, kolesterol yang tinggi, intoleransi glukosa, olahraga serta konsumsi obat yang kurang tepat, kondisi darah yang mudah menggumpal, serta obesitas. Pada kasus intoleransi glukosa, jika dibiarkan bertahun-tahun dapat menjadi kencing manis, dan pada akhirnya menganggu aliran darah pula.

dr Dasaad juga menyayangkan keengganan masyarakat kita untuk melakukan medical check up secara menyeluruh dengan cara yang terbaik. "Banyak yang memilih medical check up di rumah sakit yang harganya murah. Ada juga yang takut medical check up, karena khawatir kalau ternyata tubuhnya banyak penyakit, nanti malah jadi stres. Saya bingung itu kenapa," ungkapnya.

Menurutnya, medical check up dengan harga murah biasanya hanya melakukan cek dengan cara treadmill, yang akurasinya hanya 50 persen. Ada pula yang sedikit lebih mahal, yaitu menggunakan CT scan dengan akurasi 80 persen. Sementara itu ada metode kateterisasi dengan akurasi mendekati 100 persen, yang ternyata tidak banyak orang tahu dan mau untuk menjalankannya.

"Saya sangat menyarankan kita semua untuk melakukan medical check up. Terutama yang memiliki riwayat kesehatan keluarga dengan penyakit jantung, sebab bisa jadi diturunkan secara genetik. Saya sendiri, paman-paman, ayah, hingga kakak saya pernah serangan jantung. Makanya saya sudah medical check up dan minum obat sejak usia 20an," papar dr Dasaad.

Dengan banyaknya orang yang 'memelihara' gaya hidup tidak peduli pada kesehatan, dr Dasaad merasa tidak heran jika banyak anak muda yang mengalami serangan jantung. "Banyak yang suka mengonsumsi junk food, tidak suka berolahraga, stres berkepanjangan, dan lain-lain," ucapnya.

Sumber : detik.com

Wednesday, October 9, 2013

Metode Terbaru Intervensi Serangan Jantung

TAK sedikit masyarakat Indonesia pergi ke rumah sakit luar negeri untuk mendapat penanganan jantung yang maksimal. Padahal, saat ini sudah banyak rumah sakit di Indonesia yang memiliki fasilitas yang memadai dalam pemeriksaan jantung.

Salah satunya, Bethsaida Hospital dengan fasilitas Bethsaida Hospital Cardiac Center yang dilengkapi berbagai peralatan canggih, dokter spesialis, dan pelayanan kesehatan yang maksimal. Karenanya, hal ini bisa jadi solusi yang baik agar penderita jantung tak perlu keluar negeri.

Hal itu seperti disarankan dr. Dasaad Mulijono MBBS ( Hons), FIHA, FRACGP, FRACP, Ph.D, Director of Cardiology Bethsaida Hospital. Dia menjelaskan bahwa dengan adanya fasilitas Cardiac Center, setiap penderita jantung tak perlu khawatir lagi mengenai keberhasilan penanganan intervensi jantung. Pasalnya, dalam fasilitas tersebut sudah disediakan lab katerisasi untuk tindakan intervensi jantung dan dokter spesialis yang fulltime sudah stand by dan penjemputan penanganan intervensi jantung, sehingga pelayanan yang didapat pasti maksimal.

"Banyak penderita jantung pergi ke rumah sakit luar negeri dengan dalih memiliki keunggulan lebih, kemampuan medik, dan lebih ramah dengan menjembut mereka dari bandara. Padahal, hal itu tidak benar juga. Soalnya, kita bisa membeli alat-alat yang digunakan rumah sakit luar negeri tersebut. Di rumah sakit ini, kita memiliki alat-alat baru dan metode terbaru, serta beberapa berbagai jenis baloon-baloon terbaru untuk intervensi penanganan jantung, seperti baloon yang dilapisi dengan obat, katanya dalam acara bertema “Tak Perlu Berobat Keluar Negeri! Solusi: Bethsaida Hospital Cardiac Center” di Bethsaida Hospital, Gading Serpong, Tanggerang, Senin (23/9/2013)

Kemudian kemampuan medik, kata dia, banyak dokter lokal juga sudah berkompetensi untuk menangani intervensi jantung.

“Untuk dokter spesialis jantung di Cardiac Center di Bethsaida memiliki sertifikasi kualifikasi kompetensi luar negeri. Jadi, banyak ekspatriat (warga negara asing yang tinggal di Indonesia) sudah bisa langsung ditangani di sini ataupun dari masyarakat sekitar dan luar daerah yang ingin mendapat penanganan,” tambahnya.

Dr. Bina Ratna KF, MM, Director of Bethsaida Hospital menambahkan bahwa rumah sakit berkomitmen memberi pelayanan yang maksimal. Di mana dalam urusan penyakit jantung, Bethsaida juga memberikan pelayanan untuk penjemputan dari bandara ataupun daerah tempat penderita jantung mengalami serangan jantung seperti yang dilakukan di rumah sakit luar negeri.

“Kami juga menyiapkan polisi pengawal jika memang diperlukan untuk menembus kemacetan di Jakarta. Hal ini karena menganggap enam jam pertama merupakan fase genting untuk penderita yang mengalami serangan jantung, sehingga dibutuhkan penanganan cepat agar nyawa mereka bisa tertolong. Bila Anda dan sanak saudara suatu saat mengalami kondisi tersebut, kami ada untuk itu dan siap menjemput,” kata dr. Bina Ratna.

Sumber: okezone.com

Tuesday, October 8, 2013

Tangani Serangan Jantung, Bethsaida Hospital Sediakan Metode PCI

Jakarta - Penyakit jantung masih menjadi momok bagi banyak orang. Sebagian besar penderitanya meninggal akibat keterlambatan penanganan dan tindakan. Kecepatan waktu penanganan sangat berpengaruh dalam menurunkan tingkat kematian pada pasien akibat serangan jantung. Hal ini disampaikan oleh dr. Dasaad FIHA, FRACGP, FRACP. PhD, selaku pakar jantung Bethsaida Hospital dalam seminar sosialisasi metode PCI di Bethsaida Hospital Serpong, Senin (23/9).
Untuk itu Bethsaida Hospital mengembangkan tindakan penanganan Primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI) dalam pelayanan khusus saat pasien mengalami penyempitan pembuluh darah di jantung.
Tindakan yang bisa dilakukan untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit, salah satunya adalah pemasangan stent (cincin). Stent atau yang dikenal sebagai ring ini, menahan dinding pembuluh darah tetap dalam posisinya.
"Pemasangan stent akan menopang pembuluh darah untuk tetap terbuka sehingga memungkinkan pasokan oksigen dan nutrisi tetap diterima otot jantung,’’ ujarnya.
Ia menambahkan penanganan dengan metode PCI memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Saat terjadi serangan jantung, setiap menit yang berlalu membuat semakin banyak jaringan otot yang kekurangan oksigen menjadi rusak atau mati sehingga harus segera ditangani.
”Saat serangan terjadi pemasangan stan harus segera dilakukan. Pasalnya, ketika dilakukan penundaan, risiko
yang dihadapi bakal lebih besar lagi,’’ tegasnya.
Bethsaida Hospital mengklaim bahwa metode penanganan PCI yang disediakannya tidak kalah dengan penanganan bagi pasien jantung di luar negeri.
"Kami ingin memberikan yang terbaik bagi para pasien yang membutuhkan pelayanan di bidang kesehatan. Dengan visi menjadi hospital terbaik di kawasan ASEAN kami telah mempersiapkan kelengkapan alat-alat medis yang canggih, dokter-dokter yang ahli serta pelayanan yang mumpuni," kata Dr. Bina Ratna KF, MM selaku Direktur Bethsaida Hospital.
Sementara itu, dr. Dasaad memperingatkan pada pasien yang memiliki riwayat jantung untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit saat merasakan nyeri maupun sesak di bagian dada. Menurutnya, penanganan ini menjadi kurang efektif ketika pasien terlambat dibawa ke rumah sakit.
”Setelah 6 jam lebih, otot-otot jantung bisa mati. Sehingga lebih sulit tertolong,’’ tutup dr. Dasaad.


Aksi Preventif Si Penderita Jantung Koroner

Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Di Indonesia khususnya, berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO), 30% dari total kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular). Namun deteksi awal dapat mencegah komplikasi seperti gagal jantung, stroke, penyakit arteri dan juga ginjal.

Apa Penyakit Jantung Koroner? Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak,atau plaque yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner.

Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner mengakibatkan nyeri dada yang biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika Anda sedang beristirahat.

Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal jantung). Penderita gagal jantung akan sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi cairan, merasa sangat lelah, dan bengkak-bengkak di kaki dan persendian.

Dasaad Mulijono, Tak Perlu Berobat ke Luar Negeri

Medical turism yang gencar dipromosikan negara serumpun berdampak pada banyaknya pasien yang memilih berobat ke Malaysia dan Singapura. Akibatnya, cadangan devisa hingga triliunan rupiah turut berpindah ke negara tetangga. Kondisi demikian yang disesalkan dr. Dasaad Mulijono, FIHA, FRACGP, FRACP, Ph.D. Berikut perbincangan dengan Director of Cardiac Center Bethsaida Hospital, Tangerang, yang sudah menangani lebih dari 8.000 kasus katerisasi jantung, kelahiran 24 Mei 1965 ini:


Mengapa tidak perlu berobat ke luar negeri?

Tak perlulah berobat ke luar negeri. Saya sebut nama, tetapi Malaysia dan Singapura selalu menyebut bahwa peralatan mereka lebih canggih, pelayanan ramah, biaya lebih murah. Semua itu kita punya. Pelayanan ramah bisa dipelajari. Kelemahan kita adalah tidak memberikan edukasi kepada masyarakat tentang hal ini.

Terkait penyakit jantung?

Indonesia sudah punya banyak pusat jantung dengan kualitas setara luar negeri. Rumah sakit pemerintah ada Harapan Kita. Swasta lebih banyak, salah satunya Cardiac Center Bethsaida Hospital, Tangerang. Yang harus diingat, penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbesar di dunia, lebih dari 80 persen. Padahal, bila pasien ditangani segera, dan tidak melebihi golden time enam jam sejak awal serangan, kemungkinan sembuh sangat besar.

Lebih cepat lebih baik?

Terus terang, saya sering menjumpai pasien yang keluarganya minta waktu untuk pikir-pikir dulu meskipun si sakit sudah amat kesakitan. Ada juga yang memutuskan membawa ke luar negeri. Seharusnya mereka mempertimbangkan semuanya, terutama golden time yang hanya enam jam sejak awal serangan. Naik pesawat juga berbahaya karena pasti ada guncangan. Pasien saya lebih banyak ekspatriat. Nah, kalau ekspatriat saja mau ditangani dokter Indonesia, kenapa bangsa sendiri memilih berobat ke luar?

Antisipasi sebelum terkena serangan jantung?

Jalani pola hidup sehat, cermati asupan makan dan jangan lupa olah raga. Saya minum obat kolesterol sejak 20 tahun lalu. Kolesterol saya cuma 60. Saya juga suka makan enak, tetapi setelah makan, saya minum obat. Paling baik jalani medical check-up, terutama yang punya keluarga dengan riwayat penyakit jantung. Cari medical check-up yang terpercaya, jangan cuma faktor murah

Sumber: sehatnews.com

Penanganan Mutakhir untuk Pasien Sakit Jantung Tak Perlu ke Luar Negeri

Jakarta, Banyak pasien sakit jantung yang memilih berobat ke luar negeri demi mendapat perawatan terbaik dengan teknologi terkini. Padahal saat ini di Indonesia mulai bermunculan pusat-pusat pelayanan penyakit jantung yang berkomitmen memberikan perawatan dan pelayanan yang tak kalah dari RS di luar negeri.

Adalah dr Dasaad Mulijono, FIHA, FRACGP, FRACP. PhD, salah seorang dokter spesialis jantung yang sejak tahun lalu mengembangkan teknologi baru untuk penanganan pasien serangan jantung di Bethsaida Hospital Cardiac Center. dr Dasaad mengaku prihatin terhadap mindset masyarakat di Indonesia yang masih mejadikan dunia media di negara lain sebagai tolok ukur.

"Hal ini membuat kita 'memperkaya' negara lain. Sedikitnya 100 triliun devisa negara mengalir ke Malaysia dan Singapura untuk biaya pengobatan warga negara Indonesia," kata Director of Cardiac Center Bethsaida Hospital dalam seminar di ruang Auditorium lt 9 Bethsaida Hospital, District Tivolli No 1 Paramount Serpong, Jl Boulevard Gading, Serpong, Tangerang, Senin (23/9/2013).

"Prosedur penanganan pasien serangan jantung dengan Primary Coronary Intervention atau PCI sudah kita jalankan sejak bulan lalu, sejak rumah sakit ini baru berdiri," tegas dr Dasaad.

Tindakan intervesi ini dilakukan dengan cara mengambangkan balon pada titik pembuluh darah atau arteri yang tersumbat, kemudian 'mengganjalnya' dengan cincin kawat sehingga aliran darah kembali normal. Cincin yang ditanamkan sendiri ada tiga jenis: cincin kawat tanpa lapisan obat, dengan lapisan obat, dan jenis absorbable atau yang bisa meyatu dengan dinding arteri. Tindakan intervensi ini sebaiknya dilakukan sebelum 6 jam sejak pasien mengalami serangan jantung.

"Jika lebih dari itu, semua otot bisa-bisa sudah mati. Meninggal pasien itu," sambung dr Dasaad.

Di Bethsaida Hospital, tindakan intervensi ini menghabiskan biaya sekitar Rp 40-50 juta untuk cincin tanpa lapisan obat, Rp 80 juta untuk cincin berlapis obat, serta Rp 110-130 juta untuk cincin absorbable. Seluruh biaya tersebut suda termasuk biaya rawat inap di ICU.

dr Dasaad juga menambahkan tindakan tersebut dapat dikerjakan haya dalam waktu 30 menit. Jika dibandingkan dengan perawatan di luar negeri, yang akan menghabiskan waktu belasan jam, tentu perawatan ini memiliki sisi keunggulan. Ia pun mengkhawatirkan risiko serangan jantung yang lebih parah selama dalam perjalanan, misalnya kekurangan oksigen saat di pesawat, mengingat waktu penanganan hanya sebatas 6 jam saja.

"Dengan pelayanan terbaik ini, kami berharap akan lebih banyak warga kita yang bisa berobat di negeri sendiri, tak perlu keluar," pungkas dr Dasaad.

Sumber: detik.com